CERITA DEWASA NGESEK DENGAN TEMAN SEKANTORKU

Cerita panas, cerita ini bermula ketika aku diterima bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, cerita dewasa ini dimulai saat aku bekerja sebagai salah satu staf keuangan di kantor tersebut. Aku bekerjadikantor itu hanya selama 1 bulan. Karena aku ditawari bekerja di tempat lain oleh mantan bosku. Selama satu bulan inilah pengalaman manis yang tak terlupakan terjadi.

Inilah cerita dewasa panas. Salah seorang rekan kerjaku sebut saja namanya Peni adalah gadis manis keturunan Chinese yang berumur 27 tahun dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan 46 kg. Ukuran bra-nya tidak begitu besar. Hanya 34 B. Kulitn Cerita ini bermula ketika aku diterima bekerja di salah satu perusahaan swastadi Jakarta. Aku bekerja sebagai salah satu staf keuangan di kantor tersebut. Aku bekerja dikantor itu hanya selama 1 bulan. Karena aku ditawari bekerja di tempat lain oleh mantan bosku. Selama satu bulan inilah pengalaman manis yang tak terlupakan terjadi.

Salah seorang rekan kerjaku sebut saja namanya Peni adalah gadis manis keturunan Chinese yang berumur 27 tahun dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan 46 kg.Ukuran bra-nya tidak begitu besar. Hanya 34 B. Kulitnya putih seperti lazimnya orang Chinese.

“Peni, kenalkan ini Riko untuk bantukamu.” Manajer HRD memperkenalkanku kepada Peni.
“Riko.” sambil aku mengulurkan tanganku.
“Peni” kami saling bersalaman.

“Riko, ini Peni orang keuangan juga.Dia yang nantinya akan ajari kamu dan kasih tahu kamu keadaan di sini.”
“Iya Bu, saya memang butuh penyesuaian disini. Jadi saya harap mbak Peni.. bisa bantu saya dalam hal ini.” sambil aku melempar senyum ke Peni.
“O iya, Peni, kamu tolong bantu yah.”
“Iya bu.” senyum Peni kepadaku.
Oktober 5, 2001
“Pen, pulangnya kemana?”
“Ke kos-kos an. Kenapa?”
“Gak papa. Cuma mo nanya aja.”
“Mo nganterin?”
“Emang kosan nya di mana?”
“Situ deket pasar B*** *”
“Oh. disitu. boleh kalo mau dianter”
“Bener nih. gak ngerepotin?”
“Nggak. Tapi naek motor yah. Mau kan?”
“Sapa takut”
Lalu kami jalan ke arah parkiran motor. Sementara aku mengambil motor, Peni menunggu di pintu keluar.
“Ayo Pen, Naek. Ini pake helmnya” sambil aku sodorkan helm ke Peni
“Loh kamu bawa helm dua? Buat siapa?”
“Siapa aja yang ikut nebeng. Daripada ketilang polisi”

Selama diperjalanan Peni berpegangan pada pinggangku. Seringkali sewaktu aku menginjak rem, dadanya menyentuh punggungku. Aku sengaja menginjak pedal rem lebih sering sebab saat itu adalah moment yang menyenangkan.

Karena seringnya menginjak pedal rem,Peni menggeser tangannya dari pinggangku ke atas pahaku. Dia berusaha untuk menahan tubuhnya dengan menekan pahaku. Hal ini membuat adikku bangun. Aku langsung membayangkan seandainya bisa ML dengannya. WOW, Asik kali.

Lagi enak-enaknya ngebayangin ML, tiba-tiba ada bajaj yang memotong jalanku. Dengan reflek aku menginjak pedal rem lebih dalam secara mendadak. Peni dengan reflek menahan tubuhnya dengan menggeser tangannya. Maksudnya mau menahan di bangku antara pahaku, tetapi justru membuat tangan Peni jadi menyentuh ‘adikku’ yang sudah bangun. OH MY GOD !!!

Peni menggeser tangannya dari selangkanganku.
“Eh. sorry yah. Gak sengaja.”
“Iya. Sengaja juga gak pa pa koq.”
“Ih. kamu genit.” Sambil mencubit pinggangku.
“hehehe.”
Oktober 12, 2001
“Pen, udah jam 10 malem nih. Gak pulang?”
“Bentar lagi. Nanggung nih. Biar senen gak pusing pagi-pagi.”
“Masalahnya udah kagak ada orang lagi yang dikantor ini. Tinggal kita berdua doank.”
“Iya tenang aja. saya bawa kunci koq.” Sudah 1 minggu ini aku selalu mengantarkan Peni pulang ke kos-kosannya sebelum pulang ke rumah.
“Ye. Bukan masalah itu. Masalahnya rumah gw kan jauh. D***K. Malem begini lewat sono bahaya. Bisa-bisa gw di garong ditengah jalan.”
“Ya udah, nginep aja dihotel.”
“Mo nemenin?”
“Boleh.”
“Tapi. kagak ada baju ganti. Ntar gak bisa ganti baju dong.”
“Bugil aja.” Sambil tersenyum genit.
“Serius?.” sambil kutatap dia.
“Sapa takut.” Senyumnya lagi.
Singkat cerita, kita jadi check in di salah satu hotel di Jakarta.
“Pen, gw mandi dulu yah…”
“O. iya.” sambil menyetel TV.
Selama di kamar mandi, aku membayangkan akan melakukan ML dengan Peni. Selesai mandi aku keluar hanya dengan mengenakan handuk tanpa celana dalam.
“Pen, gantian sana. Mandi dulu.”
“O. ya. handuknya mana?”
“Ini” sambil aku sodorkan handuk baru.
“Eh. Jangan ngintip yah.” ujarnya sambil berlalu ke kamar mandi.
“Engga.” Aku langsung tiduran di atas ranjang tanpa melepas handuk.
Tidak lama kemudian, Peni selesai mandi. Dia keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk putih yang disediakan hotel.

“Udah selesai mandinya?” tanyaku.
“Udah.” sambil duduk di kasur di samping aku.
“Pen.”
“Yah.”
“Udah ngantuk?.”
“Belom.” Dengan manja dia rebahkan kepalanya ke dada ku.
“Kenapa?”

“Gak pa pa. nanya aja. soalnya ini kan udah jam 12 malem. Hampir pagi.” lalu aku mengusap-usap punggung mulusnya. Peni semakin mendesak aku ke kasur. ‘Adikku’ bangun. Peni mengangkat kepalanya dari dadaku. Dia memandang aku. Aku juga memandang dia.

Lalu aku mencium bibirnya. Dia membalas ciumanku dengan melakukan French kiss. Lidahnya menjulur ke dalam mulutku. Begitu juga aku. Aku tak mau kalah. Aku masukkan juga lidahku ke mulutnya. Lidah kami saling bertemu. Bibir kami saling menyedot. Perlahan tapi pasti, tanganku berusaha membuka handuk yang melilit di tubuhnya.

Setelah handuknya terlepas, tangan kiriku merangkul ke belakang lehernya sedangkan tangan kananku meraba payudaranya. Jari telunjukku memainkan puting susunya sambil sesekali memilin-milinnya.

Kemudian aku menelusuri tubuhnya dengan menggunakan lidah ke sekitar payudaranya. Sengaja aku tidak mengulum putingnya dulu. Jilatanku berpindah antara payudara yang kiri dan yang kanan.
“Ah. Rik.. geli…” Desahnya.

Aku semakin bersemangat. Kutelusuri tubuhnya dengan lidahku hingga ke lehernya. Tangannya perlahan turun meraba tubuhku menuju ‘adikku’. Dengan lembut dia memijat ‘adikku’ yang menyebabkan semakin membengkaknya ‘adikku’.
Kemudian dia membalas perlakuanku. Lidahnya menelusuri tubuhku dari dadaku hingga ‘adikku’. Sesampainya di ‘adikku’, dia melakukan Felatio. Dia langsung menyerang titik lemahku. Yaitu bagian bawah kepala ‘adikku’.
“Akh.. Pen.. enak banget.. Kamu pinter. “

Merasa didominasi, aku lalu mengangkat kepalanya dari ‘adikku’. Lalu aku mengajak untuk melakukan 69. Aku di bawah, Peni di atas. Kami sama-sama melakukan oral sex. Dengan keadaan ini, dia tidak berkutik untuk menyerang titik lemahku karena posisi lidahnya berada di atas penisku. Aku langsung menjilat Clitoris-nya sambil tangan kanan memasukkan jari tengahku ke dalam Ms. V–nya.

Saatnya pembalasan. Kucari G Spot nya, dan ku gesek-gesekan dengan jari tengahku. Alhasil gak perlu waktu terlalu lama, Ms. V–nya membasah. Peni mengejang pahanya menjepit kepalaku sedangkan jariku dijepit di dalam Ms. V–nya. Terasa kena tulang pinggulnya. Wow.. Keras sekali jepitannya Ms. V-nya.

“Ahhh.. Rik..” Peni orgasme.
“Keluar sayang?…”
“He eigh…h..h..h..” sambil terengah-engah.
“Enak?”
“Banget..”
“Ya.. Udah istirahat dulu.”
“Kamu kan belom keluar.”
“Iya. sabar aja. Ntar juga bisa.”

“Gak mau. Harus keluar juga.” Sambil ngelendot manja. Peni mulai memainkan ‘adikku’.

Akhirnya kami memulai foreplay lagi. Bedanya, sekarang Peni langsung menyerang ‘adikku’ di bagian yang lemah. ‘Adikku’ langsung tersentak bangun lagi. (Wow. asal pembaca ceritapanas.com ini tahu, isapan dan jilatan Peni ruar biasa Loh)
Merasa didominasi lagi, akhirnya aku mengajak untuk 69 lagi. Sekali lagi aku jilat clitorisnya dan memasukkan jari tengahku kearah G Spot–nya. Sementara Ms. V–nya mulai membasah, Peni mendesah. Akhirnya dia memutuskan untuk melepaskan Ms. V–nya dari mulutku. Peni berputar menghadap aku.

Sambil berjongkok di atas badanku, perlahan Peni menuntun ‘adikku’ untuk dimasukkan ke dalam Ms. V–nya. Agak kesulitan sedikit untuk memasukkan ‘adikku’ ke Ms. V–nya karena benar-benar Ms.V–nya masih sempit. Peni menaik turunkan badannya perlahan-lahan agar ‘adikku’ bisa masuk semua ke dalam Ms. V–nya. Setelah ‘Adikku’ masuk semua, Peni mendesah.

Peni mulai menggerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Bunyi sentuhan alat kelamin kami terdengar sangat merangsang. Hal ini justru membuat gerakan kami menjadi semakin hot. Peni bersemangat untuk menggerakkan tubuhnya.

“Ah.. Enak Rik.”

“Iya sayang. Enak banget..” sambil aku duduk mengisap puting payudaranya. Peni mengelijang.
“Ah… Sayang… Akhu kayaknya maghu kluar laghi…” Peni mendekap aku semakin kencang.

“Keluarin aja sayang.” aku makin bersemangat untuk menggenjot lebih cepat lagi. Ms. V-nya Peni berdenyut makin cepat. Jepitannya Ms. V-nya di dalam semakin keras. Terasa ‘adikku’ seperti diurut di dalam Ms.V-nya. Sampai-sampai ‘adikku’ bersentuhan dengan tulang pinggulnya di dalam Ms. V-nya.

“Ah… Akh… Aaakhh.. Rik…” Peni orgasme untuk yang kedua kalinya. Bersamaan dengan orgasmenya Peni, Peni menekan Ms. V-nya ke ‘adikku’ lebih dalam sambil menjepit badanku dengan kedua kakinya yang dilingkarkan ke pinggangku. Sedangkan aku menekan ke atas agar ‘adikku’ masuk sampai ke pangkalnya ke Ms. V-nya Peni.

Ketika Peni orgasme, aku merasakan denyutan yang hebat pada adikku. Aku sudah hampir mencapai puncak. Segera aku angkat Peni lalu kurebahkan di kasur. Aku mengambil posisi The Missionaris. Aku menggenjot lebih cepat mengeluarkan dan memasukkan ‘adikku’ di Ms. V-nya Peni. Jepitan liang Ms. V-nya Peni menjadi semakin keras… keras… bahkan menjadi sangat keras.

“Pen.. Aku mo kheluar..” Aku merasa lahar dalam tubuhku mulai menuju puncaknya.
“Keluarin aja sayang..”
“Di.. Hluar hyah..”
“Aaah.. Jangan. Didalem aja. Aku mau merasakan kamu.”
“Nanti khamu hamil.”
“Nggak.. Please. Aku pengen ngerasain kamu.” pintanya sambil memelukku.
“ARRGHHH… PEN…” akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan dengan menyemburkan lahar panas dalam tubuhku ke dalam liang Ms. V-nya Peni. Aku melepaskan lahar panas sambil memeluk Peni dengan segenap kekuatanku yang terakhir. Terasa kenikmatan sorga dunia tiada bandingannya yang kuraih bersama Peni.

“Ah. Rik. Aku ngerasain kamu di dalem.” sambil tersenyum memandang aku.

“Hah… Hah…” Sambil terengah-engah aku mencium bibir mungil Peni. Peni membalas ciumanku dengan penuh mesra.
Setelah kami berdua sudah dalam keadaan tenang, Peni melepaskan pelukannya dariku, sedangkan aku berdiri mencabut ‘adikku’ yang masih menancap di Ms. V-nya Peni. Peni tetap berbaring. Perlahan ku perhatikan Ms. V-nya Peni mengeluarkan cairan putih sisa dari laharku yang ku keluarkan melalui adikku.

Aku mengambil tisu yang terletak di meja, dan mengelap Ms. V-nya Peni dengan lembut.

“Rik.. Aku seneng banget deh.”
“Aku juga seneng sayang.”
“Aku seneng banget karena kamu mau ngabulin permintaan aku.”
“Permintaan yang mana?”
“Kamu ngeluarin di dalem aku.”
“Kamu gak takut hamil?”
“Nggak. Hari ini bukan jadwalnya.”
“Oh. Pantes.”

Akhirnya kami tidur sambil berpelukan dalam keadaan bugil. Hari itu adalah hari yang terindah yang telah kulewati bersama Peni rekan kerjaku di kantor.
Free Hot Photo